Kesibukan menata kantor baru menghiasi hari-hari kru Uluangkep sebulan terakhir ini. Kantor yang berlokasi di banjar Nyuh Kuning, Ubud, tersebut memang baru kami tempati pada awal bulan Maret 2004. Kendatipun lumayan sibuk, namun kami lega, karena dengan adanya kantor ini kami menanggalkan status kami sebelumnya sebagai ‘makhluk nomaden’, hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebelumnya, ketika akan mengadakan rapat kami akan kebingungan di mana kami akan menggelarnya? Biasanya kami rapat di rumah salah satu kawan di Ubud, yang juga staff Uluangkep, atau di kantin kampus Unud, Sudirman. Pokoknya, di mana saja yang penting kami bisa saling bertukar informasi untuk merancang acara yang akan digelar atau merencanakan penerbitan Uluangkep.
Kami berharap dengan kehadiran kantor baru, kinerja kami akan lebih meningkat, baik dalam menjalankan agenda-agenda program maupun kesekretariatan. Apalagi dengan tambahan fasilitas dua unit komputer dan 3 orang staff administrasi semoga gerak Uluangkep menjadi lebih lincah dan trengginas. Semua itu pada akhirnya bermuara pada kesuksesan kami mengawal program pemberdayaan masyarakat adat di Bali.
Pada tanggal 23-25 April 2004, tiga staff Uluangkep mengadakan perjalanan ke Yogyakarta guna menghadiri pertemuan evaluasi tahun ke dua IRE Yogyakarta bersama 5 daerah lainnya. Dalam acara tersebut kami berkesempatan memperkenalkan keberadaan tabloid Uluangkep kepada rekan-rekan dari 4 daerah yang lain (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, kalimantan Barat, dan NTT). Kami tentu banyak menimba hikmah dari pengalaman bertandang ke kota pelajar tersebut.
Begitulah, pembaca. Beberapa agenda kami, di sela-sela mempersiapkan penerbitan Uluangkep edisi kali ini. Terakhir, kami berharap para pembaca dapat menikmati sajian kami kali ini.
Om Shanti Shanti Shanti Om!
|