» Paruman
» Wicara Desa Adat
» Sastra Dresta
» Desa Dresta
» Loka Dresta
» Data Riset
» Temu Wirasa Bendesa Adat
» Catatan Pan Brayut
» Babad Bali
» Bali Aga
» Raditya
» Sarad Bali
» PHDI
» Hindu Indonesia
» Taman Gumi Banten
» Arsitektur Bali
 


.
  Home | Uluangkep | Bukutamu | Bulletin |   

Pembangunan Kebudayaan Bali mesti Sistematis

PEMERINTAH hendaknya memiliki rancangan sistematika pembangunan kebudayaan Bali dengan perangkat hukum yang memayungi. Hal ini penting untuk menentukan arah perkembangan kebudayaan Bali ke depan.

Demikian antara lain diungkapkan anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) Ida Bagus Gede Agastia, saat bertemu dengan Kadisbud Bali, Sabtu (30/7).

Kebudayaan Bali yang kita warisi sekarang, kata Agastia, merupakan hasil proses dinamika sepanjang sejarahnya. Kebudayaan Bali berkembang dalam kerangka sistematikanya sendiri yang dijiwai agama Hindu. ''Dalam konteks ini penentu kebijakan sangat penting perannya untuk menentukan kerangka sistematika pembangunan kebudayaan Bali secara akurat dan tepat,'' ujarnya.

Sementara Kadis Kebudayaan Bali Nyoman Nikanaya yang didampingi Kasubdis Kesenian Made Santha mengatakan Pemprop Bali memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pembangunan kebudayaan. Sejak Prof. Dr. Ida Bagus Mantra (almarhum) menjabat sebagai Gubernur Bali, usaha untuk membangun kebudayaan Bali telah diletakkan dasar-dasarnya. Antara lain dengan membentuk Dinas Kebudayaan sebagai instansi teknis yang khusus bertugas melaksanakan pembangunan kebudayaan.

Lembaga ini bertugas mengkonservasi berbagai warisan budaya yang dimiliki masyarakat Bali. Oleh karena itu perlu digali pemikiran Ida Bagus Mantra yang meletakkan sendi-sendi pembangunan kebudayaan Bali agar kita dapat melaksanakannya dengan lebih baik.

Pernyataan ini dibenarkan oleh Ida Bagus Gede Agastia bahwa pemikiran Prof. Dr. Ida Bagus Mantra dapat dijadikan acuan untuk memfungsikan dengan maksimal lembaga Dinas Kebudayaan agar dapat melaksanakan pembangunan kebudayaan dengan lebih baik. Dinas Kebudayaan harus diisi personel yang memahami betul strategi pembangunan kebudayaan Bali secara akademik maupun praktis sehingga dapat bekerja secara profesional.

Derasnya pembangunan fisik akibat booming pariwisata, menurut Agastia membawa dampak yang tidak kecil pada peninggalan kebudayaan. Banyak situs arkeologi yang telah rusak akibat pembangunan fisik yang dilakukan. Karena itu diharapkan Dinas Kebudayaan berperan dalam penyelamatan situs-situs arkeologi yang ada.

Menanggapi pernyataan itu, Nikanaya menyatakan bahwa Dinas Kebudayaan sedang merencanakan usaha-usaha ke arah itu. Penyelamatan Situs Tukad Pakerisan dan Jati Luwih yang dikenal menyimpan berbagai artifak kebudayaan sedang dirancang.

Di sisi lain IB Agastia menyarankan agar Dinas Kebudayaan melanjutkan konservasi lontar yang telah dilakukan pada masa lalu dengan cukup baik. Kenyataannya, sampai sekarang ini masih banyak lontar yang belum dikonservasi, terutama yang berada di luar negeri. Disarankan pula agar Dinas Kebudayaan proaktif melakukan kerja sama dengan pemerintah yang menyimpan peninggalan lontar tersebut, terutama dengan pemerintah Belanda yang dikenal banyak menyimpan lontar asal Bali.

''Konservasi lontar sebagai peninggalan kebudayaan penting artinya karena di dalam lontar terkandung permata pikiran dan cita-cita nenek moyang kita mengenai kebudayaan. Dengan diketahuinya permata pikiran dan cita-cita nenek moyang kita itu, dapat dijadikan landasan untuk merencanakan apa yang harus dilakukan pada masa kini dan masa datang,'' katanya.

(lun)


Sumber, Balipost 1 Agustus 2005

 

   
Copyright 2003 Desaadat.com