Jaga Budaya Bali dan Agama Hindu ,
Desa Pakraman Punya Kekuatan Besar
Eksistensi desa pakraman sangat penting dalam menjaga dan kelestarian budaya Bali dan agama Hindu. Desa pakraman mempunyai sejumlah kekuatan atau potensi besar yang ''layak jual'' terkait dengan usaha untuk melestarikan budaya Bali. Ketua Majelis Utama Desa Pakraman Bali A.A. Gede Putra, S.H. mengatakan hal itu saat seminar serangkaian dies natalis ke-41 Unhi, baru-baru ini di aula kampus Unhi.
Dalam membawakan makalah ''Eksistensi Desa Pakraman dalam Melestarikan Budaya Bali'', A.A. Gede Putra mengatakan, potensi yang ''layak jual'' itu antara lain sebagian besar penduduk Bali (krama desa pakraman) adalah suku Bali yang memeluk agama Hindu. Potensi lainnya, warga desa pakraman mempunyai visi yang sama yaitu melestarikan agama Hindu dan budaya Bali.
''Bagaimana visi dan potensi ini harus dikemas dalam bentuk program dan kegiatan nyata, itulah masalah yang mesti dijawab bersama. Dengan demikian hasilnya dapat dimanfaatkan oleh krama desa dalam usaha melestarikan budaya Bali,'' katanya.
Dosen Unhi Prof. I.B. Yudha Triguna sependapat dengan A.A. Gede Putra bahwa desa pakraman merupakan benteng pertahanan budaya Bali. Karena itu eksistensi desa pakraman sangat penting dijaga, karena komunitasnyalah yang memelihara budaya dan sistem nilai yang adiluhung tersebut.
Tak hanya komunitas (krama) desa pakraman yang harus bertanggung jawab terhadap kelestarian budaya. Para pengambil kebijakan (para pemimpin) juga mestinya memiliki keberpihakan atau perhatian serius terhadap ajegnya budaya Bali. Tak hanya dalam tataran wacana, perlu langkah nyata yang lebih serius untuk memproteksi kebudayaan Bali yang bernapaskan Hindu tersebut. ''Baik masyarakat maupun pemerintah mesti memiliki kesatuan pandang mengenai upaya pelestarian ini. Dengan demikian kebudayaan Bali akan tetap lestari. Lestarinya budaya Bali, lestari pula Bali ini,'' ujar Direktur Program S2 Unhi ini.
A.A. Gede Putra mengatakan, unsur budaya dunia mencakup tujuh hal yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian penduduk dan sistem teknologi dan peralatan. Budaya Bali juga mengandung tujuh unsur tersebut. Kendati kandungan unsurnya sama, budaya Bali tak sama persis dengan budaya masyarakat di daerah lain. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan ''jiwa'' yang ada pada masing-masing unsur budaya, di mana budaya Bali dijiwai oleh agama Hindu. (08)
|